Press "Enter" to skip to content

Peran China dalam Diplomasi Global

China, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia dan salah satu ekonomi terbesar, memiliki peran yang semakin penting dalam diplomasi global. Sebagai kekuatan ekonomi yang terhubung erat dengan pasar dunia, China memanfaatkan berbagai alat diplomasi untuk memajukan kepentingannya baik di bidang ekonomi, politik, maupun keamanan. Diplomasi China, yang sering kali dikenal dengan istilah “diplomasi senyum” atau “diplomasi yang pragmatis”, telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, seiring dengan kebangkitan negara ini sebagai kekuatan global.

Artikel ini akan membahas peran China dalam diplomasi global, mencakup alat-alat diplomasi yang digunakan, tujuan utama kebijakan luar negeri China, serta tantangan yang dihadapi dalam hubungan internasional.

1. Pendekatan Diplomasi China: “Soft Power” dan “Hard Power”

Diplomasi China menggabungkan pendekatan “soft power” dan “hard power” dalam mencapai tujuannya di panggung internasional.

  • Soft Power: China menggunakan soft power untuk membangun citra positif di dunia, dengan menekankan budaya, pendidikan, dan pembangunan. Melalui inisiatif Belt and Road Initiative (BRI), China berusaha untuk membangun infrastruktur di negara-negara berkembang, yang tidak hanya meningkatkan pengaruh ekonomi tetapi juga membantu dalam penyebaran nilai-nilai budaya China. Selain itu, China juga memanfaatkan program beasiswa, pusat kebudayaan, dan saluran media seperti China Global Television Network (CGTN) untuk memperkenalkan budaya dan perspektif politiknya kepada dunia.
  • Hard Power: Di sisi lain, China juga memanfaatkan hard power dalam diplomasi globalnya. Salah satu contoh paling jelas adalah kekuatan militer China, yang terus berkembang pesat, serta keterlibatannya dalam sengketa wilayah, seperti di Laut China Selatan. China juga menggunakan pengaruh ekonomi yang sangat besar melalui investasi dan perdagangan untuk membangun aliansi dan meningkatkan pengaruhnya, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa.

2. Belt and Road Initiative (BRI): Diplomasi Ekonomi dan Infrastruktur

Inisiatif Belt and Road (BRI), yang dimulai pada 2013 oleh Presiden Xi Jinping, merupakan proyek diplomasi ekonomi yang ambisius untuk membangun jalur perdagangan baru yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika. Melalui investasi besar dalam infrastruktur, China menawarkan bantuan pembangunan untuk negara-negara yang membutuhkan, seperti pembiayaan pembangunan pelabuhan, jalan raya, dan rel kereta api.

BRI memiliki dampak yang luas, karena tidak hanya meningkatkan posisi ekonomi China di dunia, tetapi juga memperluas pengaruh politiknya. Meskipun demikian, inisiatif ini telah menimbulkan kritik, terutama dari negara-negara yang khawatir akan utang yang dapat membebani ekonomi mereka, serta kekhawatiran tentang potensi China untuk menggunakan proyek ini sebagai alat untuk memperluas kontrol politik dan ekonomi. Meskipun demikian, BRI tetap menjadi pilar penting dalam diplomasi China, memungkinkan negara ini memperkuat hubungan dengan negara-negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika.

3. China dalam Organisasi Internasional

China aktif dalam berbagai organisasi internasional dan memainkan peran yang semakin dominan di banyak forum global. Salah satu contohnya adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di mana China tidak hanya merupakan anggota tetap Dewan Keamanan, tetapi juga memberikan kontribusi besar dalam misi pemeliharaan perdamaian. China semakin memperkuat suaranya dalam kebijakan internasional dan turut berperan dalam pembentukan opini global mengenai isu-isu besar seperti perubahan iklim, perdagangan internasional, dan perdamaian.

China juga aktif dalam organisasi multilateral lainnya seperti G20, Shanghai Cooperation Organization (SCO), dan Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB), yang memperkuat pengaruhnya di Asia dan dunia. Dalam forum-forum ini, China sering kali mengedepankan solusi berbasis dialog dan kerjasama internasional yang sejalan dengan prinsip-prinsip yang ia anggap penting, seperti multilateralitas, tidak mencampuri urusan dalam negeri, dan perdamaian.

4. Sengketa Teritorial dan Pengaruh Diplomasi Keamanan

Salah satu area yang menunjukkan diplomasi China yang sangat aktif adalah sengketa teritorial, khususnya di Laut China Selatan dan Selat Taiwan. China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, yang bertentangan dengan klaim negara-negara tetangga seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei. Diplomasi China dalam hal ini berfokus pada memperkuat klaim teritorialnya melalui pembangunan pulau-pulau buatan dan pembangunan fasilitas militer, meskipun hal ini sering kali memicu ketegangan dengan negara-negara ASEAN dan kekuatan besar lainnya, termasuk Amerika Serikat.

Selain itu, Taiwan tetap menjadi isu sensitif dalam diplomasi China. China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan terus menekankan bahwa negara-negara di dunia harus mengakui “satu China”. China juga menggunakan diplomasi ekonomi dan militer untuk menekan negara-negara yang memiliki hubungan dengan Taiwan, sambil memperkuat pengaruhnya di negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Beijing.

5. China dan Perubahan Iklim: Diplomasi Lingkungan Global

China juga memainkan peran yang signifikan dalam diplomasi lingkungan global, terutama dalam hal perubahan iklim. Sebagai negara dengan emisi karbon terbesar di dunia, kebijakan iklim China menjadi fokus perhatian internasional. Pada tahun 2020, China mengumumkan komitmennya untuk mencapai net-zero emissions pada tahun 2060, sebuah langkah besar dalam diplomasi perubahan iklim. Keputusan ini mencerminkan upaya China untuk mengubah citranya dari negara industri yang menyebabkan polusi menjadi pemimpin dalam transisi energi hijau.

China aktif dalam perundingan internasional tentang perubahan iklim, seperti dalam Perjanjian Paris 2015, dan memperkenalkan inisiatif untuk mempercepat transisi ke energi bersih dan berkelanjutan. Melalui kebijakan ini, China berharap dapat memperkuat pengaruhnya dalam kebijakan iklim global dan menjalin hubungan dengan negara-negara yang memiliki kepentingan serupa dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

6. Tantangan dalam Diplomasi Global China

Meski China semakin dominan dalam diplomasi global, negara ini menghadapi beberapa tantangan dalam hubungan internasionalnya. Salah satunya adalah keberatan terhadap kebijakan luar negeri yang agresif. Misalnya, klaim China di Laut China Selatan

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.